Tips Investasi Reksadana, Perlu Diketahui Untuk Menjadi Panduan Penting

Baru mulai belajar tentang investasi? Jika demikian, reksadana bisa menjadi opsi yang tepat. Instrumen ini menawarkan portofolio yang terdiversifikasi dan dikelola oleh manajer investasi berpengalaman. Simak tips investasi reksadana berikut yang akan menjadi panduan penting.

Reksadana merupakan instrumen investasi legal yang berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sehingga keamanan dana terjamin. Bagi investor dengan dana terbatas, reksadana menjadi solusi ideal karena dapat dimulai dengan modal minimal Rp100.000.

Ingin membeli reksadana? Tunggu sebentar, jangan terburu-buru sebelum menyimak beberapa tips investasi reksadana berikut ini.

1. Mengenal Terlebih Dahulu Profil Risiko

Ketika memulai investasi, sebaiknya setiap investor memahami profil risikonya terlebih dahulu. Apabila seseorang telah memiliki pemahaman mendalam tentang dunia investasi, kemungkinan besar ia memiliki profil risiko tinggi atau bersifat agresif.

Di sisi lain, investor pemula yang belum memahami dunia investasi biasanya memiliki profil konservatif. Sementara itu, jika sudah memiliki sedikit pemahaman tentang investasi dan menyadari risiko tetapi tidak siap menghadapi kerugian besar, maka profil investornya dapat dikategorikan sebagai moderat.

2. Menetapkan Tujuan Investasi

Setelah memahami profil risiko, langkah berikutnya adalah menetapkan tujuan investasi, apakah untuk jangka pendek, menengah, atau panjang. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki profil moderat, ia bisa mengalokasikan 50% dari dana investasinya ke reksadana pendapatan tetap untuk kebutuhan jangka menengah.

Selain itu, 20% dari dana investasimu bisa dialokasikan ke reksadana saham. Sedangkan untuk mencapai tujuan jangka panjang, 30% dari dana tersebut bisa disimpan dalam reksadana saham.

3. Pilih Instrumen Investasi yang Sesuai

Reksadana saham dan saham adalah jenis investasi dengan tingkat risiko yang tinggi, sehingga lebih cocok untuk dijaga dalam jangka panjang.

Sementara itu, reksadana pasar uang termasuk dalam kategori investasi dengan risiko rendah. Dana yang terkumpul pada instrumen ini biasanya ditempatkan dalam deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), atau Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Sebagai contoh investasi dengan risiko moderat, reksadana pendapatan tetap, yang berfokus pada aset surat utang, bisa menjadi pilihan yang tepat.

4. Lakukan Diversifikasi

Tips investasi reksadana selanjutnya adalah melakukan diversifikasi. Yang dimaksud dengan diversifikasi di sini adalah untuk mengurangi risiko, sebaiknya jangan menempatkan seluruh dana pada satu jenis aset. Sebagai investor, kamu bisa membangun portofolio yang terdiri dari berbagai produk reksadana, dengan mempertimbangkan jenis dan jangka waktunya.

Selain itu, portofolio juga dapat disesuaikan dengan profil risiko masing-masing. Sebagai contoh, bagi investor pemula dengan profil konservatif, bisa mengalokasikan 60% dana ke aset pasar uang dan 40% ke reksadana pendapatan tetap. Sementara untuk investor dengan profil agresif, alokasi dana dapat mencakup 70% di reksadana saham, 20% di reksadana pendapatan tetap, dan 10% di pasar uang.

5. Lakukan Riset

Sangat penting untuk selalu melakukan riset sendiri atau dikenal dengan istilah do your own research (DYOR) sebelum memutuskan untuk membeli aset investasi. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memahami siapa manajer investasi yang mengelola produk tersebut, serta mengetahui bagaimana cara mereka mengelola dana.

Selain itu, kamu juga perlu memeriksa komposisi atau isi portofolio dari produk investasi yang dipilih, apakah sesuai dengan tujuan dan profil risiko yang dimiliki. Jangan lupa untuk mengevaluasi aspek perizinan, pastikan bahwa investasi yang dipilih terdaftar dan diawasi oleh otoritas yang berwenang, seperti OJK di Indonesia. Selain itu, penting juga untuk melihat rekam jejak kinerja manajer investasi dan produk tersebut dari waktu ke waktu.

Itulah tips investasi reksadana. Semua tips ini sangat krusial agar kamu tidak terjebak dalam keputusan investasi hanya karena faktor ikut-ikutan atau rasa takut ketinggalan peluang (FOMO) yang sering kali menyesatkan.

Leave a Comment